Minggu, 01 Juni 2014

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG DI INDONESIA




KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb....
            Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis mampu menyelesaikan “MAKALAH” ini dengan tepat waktu yang berjudul “PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN
 JEPANG DI INDONESIA
Sholawat serta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Allah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabatnya dan para pengikut-pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa begitu banyak kekurangan yang terdapat dalam “MAKALAH” ini, karna hal itulah penulis memohon maaf yang setulus-tulusnya kepada teman-teman dan para pembaca yang budiman. Sekiranya penulis meminta kritikan dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan pembuatan “MAKALAH” selanjutnya dan semoga “MAKALAH”  ini bermanfaat bagi teman-teman dan para pembaca yang budiman walau “MAKALAH” ini masi cukup jauh dari kesempurnaan.
                                                                                                                 


Palu, 30 – 05 - 2014


Rosnawati


ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
A.    PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang .................................................................  1
2.      Rumusan Masalah ............................................................  2
3.      Tujuan Penulisan ..............................................................  2


B.     PEMBAHASAN
1.       Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran Pada Masa Penjajahan Jepang di Indonesia       3
2.       Pertumbuhan dan perkembangan Madrasah pada Masa Penjajahan Jepang  di Indonesia     6


C.     PENUTUP
1.      Kesimpulan .......................................................................  11
2.      Saran .................................................................................  11


      DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................  12
 


A.   PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Jepang menjajah Indonesia setelah mengusir pemerintah hindia belanda dalam perang dunia ke II. Mereka menguasai Indonesia pada tahun 1942, dengan membawa semboyan Asia Timur Raya untuk Asia dan semboyan Asia Baru. Jepang menjajah Indonesia hanya seumur jagung yaitu selama tiga tahun dari tahun 1942-1945. Namun, walaupun dalam waktu yang sangat singkat tersebut penjajahan jepang di Indonesia banyak memberikan perubahan, baik dari segi social masyarakat maupun bangsa termasuk didalamnya aspek pendidikan islam.
Pada babak pertamanya pemerintah jepang menampakkan diri seakan-akan membela kepentingan islam yang merupakan suatu siasat untuk kepentingan perang dunia ke II.

Kejayaan penjajahan Belanda lenyap setelah Jepang berada di Indonesia. Mereka bertekuk lutut tanpa syarat ke Jepang. Adapun Tujuan Jepang ke Indonesia ialah menjadikan Indonesia sebagai sumber bahan mentah dan tenaga manusia yang sangat besar artinya bagi kelangsungan perang Pasifik  hal ini sesuai dengan cita-cita politik ekspansinya. Bebagai cara yang dilakukan oleh Jepang dalam mengelabui Indonesia untuk kepantingan politiknya. Demi kepentingan perang, Jepang menyongsong pasukan dari Indonesia dengan menyuguhkan pendidikan kemiliteran.
Untuk mengetahaui maksud tujuannya yang fasistis itu ( bersifat memeras ), maka di tanamkan ideology baru, yakni ideology Hakko Ichiu atau ideology kemakmuran bersama di Asi Timur Raya. Tanpa malu – malu Jepang menegaskan, bahwa mareka berjuang mati – matian melakukan perang suci untuk kepentingan bangsa – bangsa di Asia Timur. Untuk ini, di kerahkan barisan propaganda Jepang, di sertai dengan pelaksanaan system kebaktian rakyat, untuk memeras bangsa Indonesia. Meskipun demikian, semangat dan keinginan rakyat tetap bergelora untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan, seperti terbukti dari proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 yang kita tebus dengan perjuangan dan pengorbanan.


2.      Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah  Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran Pada Masa Penjajahan Jepang di Indonesia  ?
2.      Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan Madrasah pada Masa Penjajahan Jepang  di Indonesia ?


3.      Tujuan Penulisan

1.      Untuk Mengetahui Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran Pada Masa Penjajahan Jepang di Indonesia.
2.      Untuk Mengetahui Pertumbuhan dan Perkembangan Madrasah pada Masa Penjajahan Jepang di Indonesia.
                                                                                          









B.   PEMBAHASAN

1.      Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran.
a)       Pelatihan guru-guru:
Usaha penanaman Ideologi Hakko Ichiu melalui sekolah-sekolah  dimulai dengan mengadakan pelatihan guru-guru. Guru-guru diberi tugas sebagai penyebar ideologi tersebut. Pelatihan tersebut dipusatkan di Jakarta. Setiap kabupaten diwajibkan mengirim wakilnya untuk mendapat gemblengan langsung dari pimpinan Jepang. Gemblengan ini berlangsung selama 3 bulan , jangka waktu tersebut dirasa cukup untuk menjepangkan para guru.
b)      Perubahan-perubahan penting:
1.      Hapusnya dualisme pengajaran: berbagai jenis sekolah rendah yang diselenggarakan pada zaman pemerintahan Belanda dihapuskan sama sekali. Sehingga hanya ada satu sekolah rendah , yaitu Sekolah Rakyat 6 tahun ( Kokimin Gakkoo ).
Sekolah-sekolah desa diganti namanya menjadi sekolah pertama. Jadi, susunan pengajarannya adalah Sekolah Rakyat 6 tahun, Sekolah Menengah 3 tahun , dan Sekolah Menengah Tinggi 3 tahun.
2.      Bahasa indonesia dijadikan bahasa resmi dan bahasa pengantar bagi semua jenis Sekolah . bahasa jepang dijadikan mata pelajaran wajib dan adat kebiasaan Jepang harus ditaati.

      Isi pengajaran :                                                           
1.      Pengajaran dipergunakan sebagai alat propaganda dan juga untuk kepentingan perang. Murid-murid seringkali diharuskan kerja bakti, misalnya : membersihkan bengkel, asrama, membuat bahan-bahan untuk kepentingan pertahanan, dan sebagainya.
2.      Untuk melipatgandakan hasil bumi, murid-murid diharuskan membuat pupuk kompos atau beramai-ramai membasmi hama tikus di sawah. Sebagian waktu belajar digunakan untuk menanami halaman sekolah dan pinggir-pinggir jalan dengan tanaman jeruk.
3.      Pelatihan-pelatihan jasmani berupa pelatihan kemiliteran dan mengisi aktivitas-aktivitas murid-murid sehari-hari. Agar berjalan lancar, pada tiap-tiap sekolah dibentuk barisan-barisan murid. Barisan murid-murid SD disebut seinen-tai, sedangkan barisan murid-murid sekolah lanjutan disebut Gakutotai.
4.      Untuk menanamkan semangat Jepang , tiap-tiap hari murid harus mengucapkan sumpah belajar dalam bahasa Jepang. Mereka harus mengusai bahasa dan nyanyian Jepang. Tiap pagi diadakan upacara, dengan menyembah bendera Jepang dan menghormati istana Tokyo.
5.      Agar bahasa Jepang lebih populer , diadakan ujian bahasa Jepang untuk para guru dan pegawai-pegawai, yang dibagi atas lima tingkat. Pemilik ijazah ini mendapat tambahan upah.
Kebijakan yang diambil oleh Dai Nippon dalam mendekati Islam Indonesia anatara lain ialah :
1.      Mengangkat Dr.Hamka, reformis Minangkabau yang baru dibebaskan oleh penjajah Belanda dari pembuangan di Jawa Barat, untuk menjadi penasehat Sumubu. Dr.Hamka adalah orang bumiputra yang tanpa takut-takut membeberkan bahwa tidak mungkin menyatukan ajaran Shinto yang mengharuskan menyembah Kaisar dan Matahari terbit dengan Islam yang monotheisme. Pemerintah Nippon tidak berani menangkap Dr.Hamka, karena beliau adalah ulama yang memiliki pengaruh cukup besar pada masayarakat Islam Indonesia pada waktu itu. Sikap Dr.Hamka terhadap pemerintah Jepang ini diulanginya lagi pada waktu pertemuan dengan para ulama se-Jawa yang dihadiri oleh para perwira militer Jepang. Pada saaat itu, Dr.Hamka menolak untuk melakukan Saikeirei. Tokoh lain yang juga jelas-jelas menolak Jepang dalam upaya pendekatannya terhadap umat Islam Indonesia adalah Abdul Kahar Muzakar, seorang pemimpin pemuda Muhammadiyah yang sangat disegani Jepang. Beliau berkata di depan Profesor Ozaki sebagai berikut:
...cukup banyak orang-orang Nippon yang telah mempelajari prinsip-prinsip Islam ...karena itu mereka harus tahu bahwa Islam itu bukan saja agama, tetapi cara hidup meresapi seluruh lapisan masyarakat... perjuangan melawan imperialis Barat sudah lama kami kenal, sehingga kami menerima tujuan Nippon untuk melawannya...tetapi prinsip yang harus dianut secara ketat untuk mencapai kerja sama yang diinginkan haruslah...”kami dengan agama kami, kamu dengan agama kamu.perbuatan diantara semua kepercayaan kita tidak perlu menghalangi kerja sama kita untuk mengusir sekutu dari Asia , yang adalah rumah bagi semua agama.
Dari pidato Dr.Hamka dan ucapan Abdul Kahar Muzakar di depan prof. Ozaki, menghasilkan peraturan baru yang membebaskan umat Islam Indonesia dari pelaksanaan upacara Saikeirei.
2.      Kantor Urusan Agama , yang pada zaman Belanda disebut Kantor Voor Islamistische Saken yang dipimpin oleh orang-orang Orientalisten  Belanda, diubah oleh Jepang menjadi Sumubucho dengan Dr.Hoesoein Djajadiningrat sebagai ketuanya yang pertama. Kemudian pada tahun 1943 didirikan sumubu Indonesia pertama yang diketahui oleh Horie.
3.      Pondok pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar-pembesar Jepang. Namun , pada sisi lain, kehadiran Dai Nippon di Indonesia tidak ubahnya dengan Belanda. Pendidikan Islam pada masa penjajahan Jepang ini pun mendapat hambatan yang cukup besar. Pada tahun-tahun pertama pendidikan Jepang, mereka melarang diajarkannya bahasa Arab di sekolah-sekolah agama. Campur tangan Jepang dalam seluruh bidang pendidikan agama sebagian ditujukkan dalam hubungannya dengan Arab dan pan-Islamisme. Hal tersebut merupakan salah satu beban yang dipaksakan kepada orang-orang Islam Indonesia selama zaman pendudukan Jepang.
4.      Sekolah negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran-ajaran agama, terutama agama Islam.
5.      Pemerintah Jepang membolehkan dibentuknya barisan Hizbullah  untuk memberikan pelatihan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam Barisan ini dipimpin oleh K.H.Zainul Arifin.
6.      Pemerintah Jepang meizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin oleh K.H.Wahid Hasyim, Kahar Muzakkar dan Bung Hatta.
7.      Para ulama Islam bekerja sama dengan pimpinan-pimpinan Nasionalis diizinkan membentuk barisan Pembela Tana Air (Peta). Tokoh-tokoh santri dan pemuda Islam yang ikut serta dalam pelatihan kader militer, anatara lain Sudirman, Abd.Khalik Hasyim,Iskandar Sulaiman, Yunis, Aruji Kartawinata , Kasman Singodimedjo, Mulyadi Joyomartono, Wahid Wahab , Sarbini, Saiful Islam, dan sebagainya. Tentara Pembela Tanah Air ini kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia yang disingkat menjadi TNI.
8.      Umat Islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut: Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang bersifat kemasyarakatan.

Akibat dari tekanan Jepang tersebut lahirlah berbagai pemberontakan, misalnya pemberontakan, misalnya pemberontakan Pembela Tanah Air yang terjadi di Blitar Jawa Timur di bawah pimpinan supriadi. Alim ulama Islam Indonesia juga mulai beroposisi dengan pihak Jepang yang dari hari ke hari cenderung menindas dan menyengsarakan rakyat. Banyak para kyai yang ditangkap dan diperintah untuk melakukan kerja paksa atau Romusha.
Dunia pendidikan Islam di Indonesia menjadi terbengkalai, banyak madrasah-madrasah yang bubar karena muridnya menghindar dari kekejaman serdadu Jepang dan tidak sedikit pula yang sengaja dibubarkan oleh Pemerintah Jepang karena mengganggu stabilitas pemerintah jajahan. Ada sedikit keberuntungan bagi madrasah yang ada di dalam lingkungan pondok pesantren. Mereka bebas dari pengawasan para penguasa Jepang. Selain itu, juga bebas dari proses belajar Dai Nippon  yang melakukan penekanan-penekanan terhadap umat Islam Indonesia pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Pada tanggal 7 Agustus, penguasa tertinggi wilayah Selatan Jepang mengambil inisiatif dari tangan penguasa Jakarta dengan membuat Dekrit didirikannya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia  yang baru. Ketika panitia tersebut bersidang, Jepang telah menandatangani perjanjian meyerah kalah dengan pihak sekutu. Sepuluh hari setelah izin diberikan kepada Panitia Persiapan, lahirlah Republik Indonesia terlepas dari belenggu yang sangat meyakitkan itu.[1]


2.      Pertumbuhan dan Perkembangan Madrasah.
1.      Tujuan sekolah secara umum
Sekolah-sekolah yang ada pada zaman Belanda diganti dengan sistem Jepang. Segala daya upaya ditujukan untuk untuk kepentingan perang. Murid-murid hanya mendapat pengetahuan yang sedikit sekali, hampir sepanjang hari hanya diisi dengan kegiatan pelatihan  perang atau bekerja.
Kegiatan-kegiatan sekolah antara lain :
a.       mengumpulkan batu, pasir untuk kepentingan perang.
b.      Membersihkan bengkel-bengkel, asrama-asrama militer.
c.       Menanam ubi-ubian, sayur-sayurran, di pekarangan sekolah untuk persediaan makanan.
d.      Menanam pohon jarak untuk bahan pelumas.               
Tujuan pendidikan pada zaman Jepang tidak lain hanya  memenangkan peperangan.
Secara kongkrit tujuan yang ingin dicapai Jepang adalah menyediakan tenaga cuma-Cuma (romusha) dan prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan Jepang. Oleh karena itu, pelajar-pelajar diharuskan mengikuti pelatihan fisik, pelatiahn kemiliteran dan indoktrinasi ketat. Pada akhir zaman Jepang tampak tanda-tanda tujuan mengjepangkan anak-anak indonesia. Maka dikerahkanlah barisan propaganda Jepang yang terkenal dengan nama Sendenbu, untuk menanamkan ideologi baru, untuk menghancurkan ideologi baru, untuk menghancurkan ideologi Indonesia Raya.[2]
Kehadiran Jepang di Indonesia menanamkan jiwa berani pada bangsa Indonesia. Tetapi semua itu untuk kepentingan Jepang. Kendatupun demikian, ada beberapa hal yang perlu dicatat pada zaman Jepang ini, yaitu yang terjadi perubahan yang cukup mendasar di bidang pendidikan, yang penting sekali artinya bagi bangsa Indonesia, ialah :
a.       Dihapuskannya dualisme pengajaran
Habislah riwayat susunan pengajaran Belanda dualistis, yang membedakan dua jenis pengajaran , yakni pengajaran Barat dan pengajaran Bumiputra.
b.      Pemakaian Bahasa Indonesia
Pemakaian Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa resmi maupun sebagai bahasa pengantar pada tiap-tiap jenis sekolah, telah dilaksanakan. Tetapi sekolah-sekolah itu dipergunakan juga sebagai alat untuk mempekenalkan kebudayaan Jepang kepada rakyat.
2.      Sikap Jepang Terhadap Pendidikan Islam
Pemerintahan Jepang menampakkan diri seakan-akan membela kepentingan Islam, yang merupakan siasat untuk kepentingan Perang Dunia II. Untuk mendekati umat Islam, mereka menempuh beberapa kebijaksanaan, di anataranya ialah:
a.       Kantor Urusan Agama, yang pada zaman Belanda disebut Kantoor Voor Islamistische Zaken yang dipimpin oleh orang-orang orientalis Belanda, diubah oleh Jepang menjadi Kantor Sumubi yang dipimpin oleh ulama Islam sendiri, yaitu K.H.Hasyim Asyari dari Jombang, dan di daerah-daerah juga dibentuk Sumuka.
b.      Pondok Pesantren yang besar-besar seringkali mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar-pembesar Jepang.
c.       Sekolah Negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan jaran agama.
d.      Pemerintah Jepang mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah untuk memberikan pelatihan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam, barisan tersebut dipimpin oleh K.H.Zainal Arifin.
e.       Pemerintah Jepang mengizinkan berdirinya sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin oleh K.H.Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta.
f.       Para ulama Islam bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin nasionalis didizinkan membentuk barisan Pembela Tanah Air (Peta). Tokoh-tokoh santri dan pemula Isl­­­am ikut dalam pelatihan kader militer tersebut, anatara Sudirman, abd.Khaliq Hasyim, Iskandar Sulaiman dan lain-lain. Tentara Pembela Tanah Air inilah yang menjadi inti dari TNI sekarang.
g.      Umat Islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang bersifat kemasyarakatan.[3]

Di samping itu, pada permulaan pendudukan Jepang tampaknya keadaan umat Islam sudah kuat. Karena itu, wajarlah bila pasukan pendidikan Jepang berusaha mempergunakan agama untuk mencapai tujuan perangnya.
Jepang memandang agama Islam sebagai salah satu sarana yang terpenting untuk menyusupi lubuk rohaniah terdalam dari kehidupan masyarakat indonesia dan untuk meresapkan pengaruh pikiran serta cita-cita mereka pada bagian masyarakat yang paling bawah. Dalam konteks ini, paling tidak, ada beberapa hal yang perlu disebutkan, di antaranya: dibentuknya Masyumi dan pembentukan Hizbullah.
a.       Kantor Urusan Agama (KUA)
Kantor Urusan Agama yang dalam bahasa Jepangnya sumubu, menggantikan Kantoor Voor Het Islanddsche Zaken yang sudah ada di zaman kolonial Belanda. Kantor itu kemudian dikembangkan bidang tugasnya sehingga mengurus berbagai masalah yang sebelumnya terbagi antara Departemen dalam Negeri Kehakiman, pendidikan dan peribadatan Umum. Jabatan tinggi pertama yang dipercayakan Jepang kepada orang Indonesia dalam pemerintahan penduduknya adalah jabatan kepala Kantor Urusan Agama ini. Oleh karena itu, BJ. Boland menyatakan bahwa keberadaan Kantor Urusan Agama merupakan salah satu manfaat terbesar dari pendudukan Jepang di Indonesia. Sebelumnya, pada bulan maret 1942 kantor ini dipimpin oleh Kolonel Hori dari tentara Jepang, tetapi pada tanggal 1 Oktober 1943 jabatan itu diserahkan kepada Hoesein Djajadiningrat. Namun , yang lebih penting dari itu adalah penunjukan pejabat kepala yang baru sejak tanggal 1 April 1944, dimulai pembentukan Kantor Urusan Agama di setiap keresidenan.
b.      Pembentukan Masyumi
Masyumi (Majelis Syuro Muslim Indonesia) merupakan pengganti MIAI. Pembubaran MIAI pada bulan Oktober 1943 dilakukan Jepang karena organisasi ini didirikan atas prakarsa kaum muslim sendiri, sebagai suatu federasi organisasi-organisasi Islam. Para pemimpin organisasi itu mempunyai latar belakang sikap antikolonial dan tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial. Dengan kata lain, MIAI bermula dengan sikap anti Belanda, kemudian bersikap anti asing, dan dimungkinkan menjadi anti-Jepang. Masyumi mulai aktif pada tanggal 1 Desember 1943 dalam kenyataannya merupakan suatu ciptaan pejabat-pejabat Jepang.[4]
c.       Terbentuknya Hizbullah
Hizbullah merupakan organisasi sejenis militer bagi pemuda pemudi muslim. Pembentukan Hizbullah pada akhir tahun 1944 ini sangat penting artinya, karena banyak anggota yang kemudian  menjadi anggota tentara nasional.
Beberapa keuntungan dibalik kekejaman Jepang bagi Indonesia, Gunawan merinci keuntungan-keuntungan pada zaman Jepang ini khusus di bidang pendidikan , yaitu;
a.       Bahasa Indonesia hidup dan berkembang secara luas di seluruh Indonesia, baik sebagai bahasa pergaulan, pengantar maupun sebagai bahasa ilmiah.
b.      Buku-buku dalam bahasa asing yang diperlukan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Dengan mengabaikan hak cipta internasional karena dalam suasana perang.
c.       Kreativitas guru-guru dan berkembang dalam memenuhi kekurangan buku pelajaran dengan menyadur atau mengarang sendiri, termasuk kreativitas untuk menciptakan alat peraga dan model dengan bahan dan alat yang tersedia.
d.      Seni bela diri dan pelatihan perang-perang sebagai kegiatan kulikuler di sekolah telah membangkitkan keberanian pada para pemuda yang ternyata sangat berguna dalam perang kemerdekaan yang terjadi kemudian.
e.       Diskriminasi menurut golongan penduduk, keturunan dan agama ditiadakan, sehingga semua lapisan masyarakat mendapat kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan.
f.       Sekolah-sekolah diseragamkan dan sekolah-sekolah swasta dinegerikan serta berkembang dibawah pengaturan kantor pengajaran Bunkyo Kyoku.
g.      Karena pengaruh inktrinasi yang ketat untuk menjepangkanv rakyat Indonesia, justru perasaan rindu kepada kebudayaan sendiri dan kecerdasan nasional berkembang dan bergejolak secara biasa.
h.      Bangsa Indonesia dididik dan dilatih untuk memegang jabatan walaupun di bawah pengawasan orang-orang Jepang.[5]
3.      Pertumbuhan dan Perkembangan Madrasah
Pada masa penduduk Jepang, ada satu hal istimewa dalam dunia pendidikan sebagaimana telah dikemukakan, yaitu sekolah-sekolah telah diseragamkan dan dinegerikan meskipun sekolah-sekolah swasta lain, seperti Muhammadiyah, Taman siswa dan lain-lain didizinkan terus berkembang dengan pengaturan dan diselenggarakan oleh penduduk Jepang.
Sementara itu, khususnya pada masa awal-awalnya, madarasah dibangun dengan gencar-gencarnya selagi ada angin segar yang diberikan oleh Jepang. Walaupun lebih bersifat politis belaka, kesempatan itu tidak disia-siakan begitu saja dan umat Islam Indonesia memanfaatkannya sebaik-baiknya.[6]

C.   PENUTUP
1.      Kesimpulan
1.      Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran.
Dibalik kekejaman Jepang ada beberapa perubahan-perubahan penting yang merupakan keuntungan bagi Indonesia diantaranya, sekolah-sekolah desa diganti namanya menjadi sekolah pertama. Jadi, susunan pengajarannya adalah sekolah Rakyat 6 tahun, Sekolah menengah 3 tahun, dan sekolah menengah 3 tahun. Selain itu, Bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi dan bahasa pengantar pada semua jenis sekolah.
2.      Pertumbuhan dan Perkembangan Madrasah.
Madrasah dibangun dengan gencar-gencarnya selagi ada angin segar yang diberikan oleh Jepang. Walaupun lebih bersifat politis belaka, kesempatan itu tidak disia-siakan begitu saja dan umat Islam Indonesia memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Ini tampak di Sumatera dengan berdirinya Madrasah Awaliyahnya, yang diilhami oleh Majelis Islam Tinggi.

2.       Saran.
Dari pembahasan di atas, penulis menyarankan kepada teman – teman para calon guru (PAI)  agar kiranya mempelajari dan memahami secara meluas serta mendalam tentang          “ Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia “ sebagai bekal untuk kita semua di dalam melaksanakan tugas kita sebagai seorang pendidik.











DAFTAR PUSTAKA

-          Mustafa.A, Aly Abdullah.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.CV Pustaka Setia. Bandung. 1999.

-           Gunawan Ary, kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta,1986.

-          Mustafa.A, Aly Abdullah.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.CV Pustaka Setia. Bandung. 1999.

-          Zuhairini,dkk.,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Dirjend. Bimbaga Islam , Jakarta , 1986.

-          Djumhur,Sejarah Pendidikan, CV. Ilmu, Bandung, 1979.



[1]Mustafa.A, Aly Abdullah.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.CV Pustaka Setia. Bandung. 1999.h. 97 – 103.
[2]Djumhur,Sejarah Pendidikan, CV. Ilmu, Bandung, 1979, hal.195.
[3]Zuhairini,dkk.,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Dirjend. Bimbaga Islam , Jakarta , 1986, hal. 151.
[4] Ibid.,hal.13.
[5]Gunawan Ary, kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta,1986, hal.29-30.
[6]Mustafa.A, Aly Abdullah.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.CV Pustaka Setia. Bandung. 1999.h.110

Tidak ada komentar:

Posting Komentar